Pages

Muncak Lawu



Kata orang bukan mahasiswa namanya kalo belum naik gunung. Di kalangan mahasiswa, kalo kamu udah naik gunung itu kayak kamu udah masuk ke strata sosial yang lebih tinggi. Serius.

Sebenernya meskipun ada opini seperti itu, kegiatan naik gunung nggak langsung populer di kalangan kaula muda. Naik gunung jadi ngetren ketika 5cm di tayangkan. Sejak itu sumeru jadi gunung paling laris seindonesia. Saya ingat waktu itu ada yang ngeshare foto di salah satu tempat camping sumeru. Disana terlihat tenda tenda berjejeran banyaak banget. Buset, itu gunung apa perumahan.

Terlepas dari film 5 cm saya sebenernya udah pengen naik naik gitu sejak masih SMA. Tapi waktu itu mama saya ngelarang ikut pecinta alam. Mungkin karena beliau sering nurunin mayat dari atas gunung kali ya. Keinginan itu tertunda sampai saya dinyatakan lulus dari sidang skripsi. Mumpung belum wisuda dan belum masuk kerja, saya memutuskan untuk mengikuti pendakian bersama teman teman saya ke gunung Lawu.

Kalau buat pemula yang sok sok an kayak saya :D katanya gunung ini cocok. Nggak terlalu tinggi dan nggak rendah rendah banget. Tingginya 3.265 meter diatas permukaan laut. Jadi nggak cupu cupu amat lah. Jum'at malam kami menuju magetan menggunakan bis ekonomi. Waktu itu dari semua yang ikut mendaki hanya 2 orang yang udah pengalaman. Kami berencana memulai pendakian sabtu pagi dan turun hari minggu.

Asiknya muncak di lawu adalah jalanan menuju kepuncak berupa anak anak tangga besar dari bebatuan yang konon katanya di buat oleh warga sekitar dan TNI. Jadi nggak mungkin kesasar. Yang saya baru tau adalah saat kalian muncak bersama, kalian nggak mesti jalan bersamaan. Dalam satu rombongan bisa saja ada yang jalan duluan bisa juga ada yang belakangan dan itu normal, karena manusia punya caranya sendiri untuk melawan lelah. Yang penting jangan ada yang tertinggal sendirian.

Fakta lain yang saya temukan adalah. Ketika manusia di dekatkan ke alam, maka mereka akan menunjukan sifat aslinya. Waktu itu ketika melewati pos 4 menuju ke pos 5 merupakan medan yang paling berat menurut saya, salah satu teman saya Ihsan keseleo. Dia terpisah dari rombongan dan beristirahat sambil meredakan sakit di kakinya, Dari belakang muncul teman kami yang lain Gilang. Melihat ihsan yang kesakitan gilang iba dan berjanji kepadanya untuk menemaninya samapi puncak. Sampai kemudian ada pendaki yang sedang turun berpapasan dengan mereka. Kira kira seperti ini percakapannya ketika cerita ini di kisahkan

Gilang : "Pos 5 masih jauh pak?"
Pendaki: "Enggak kok mas, itu bentar lagi nyampe"

Hanya dengan percakapan singkat tersebut Gilang meninggalkan Ihsan tanpa beban, kemudian melanjutkan pendakiannya. Tanpa kata kata tiba tiba Gilang hilang dari pandangan Ihsan. Ihsan pun hanya bisa merana meratapi nasibnya. Pedih. 

Meskipun lelah perjalanan kami terbayar dengan indahnya pemandangan di gunung lawu. Kami melewatkan matahari tenggelam tapi masih terbayar dengan matahari terbit. Kalau kalian bisa menikmati setiap perjalanannya, dan setiap keindahannya percayalah kalian pasti pengen muncak lagi :)









Galih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar