Pages

Sandal Indomaret

Saat kalian berkeja ada saatnya pasti kalian ingin meng-upgrade kehidupan. Dari mulai tempat tinggal, gadget, laptop, dan lain lain. Saya udah mulai merasakannya, udah nggak perhitungan lagi kayak waktu kuliah. BBM saya beralih ke pertamax, kostan cari yang AC, langganan Spotify premium bisar nggak usah download mp3 bajakan, main game yang berbayar di steam (sebenernya dapet gratisan dari temen) dan lain lain.

Hal itu berlaku juga dengan sandal jepit saya. Dari yang swallow sekarang beralih yang lebih keren, original lagi. Sandal jepit saya yang tiap hari saya pakai sekarang bermerk Indomaret :D. Setidaknya lebih berkelas daripada swallow hijau lah. Saya pede sekali menggunakan sandal ini ke kantor, ke mall, kemana mana. Tak jarang juga saya pamerkan ke teman teman di kantor. “Lihat nih sandal saya, ORI” sungguh sesuatu yang tak layak dipamerkan.

Karena memiliki fitur kenyamanan yang sangat tinggi saya memutuskan untuk memakai sandal indomaret saya dalam perjalanan ke Belitung beberapa bulan yang lalu. Saya dan rombongan kantor datang sebelum subuh sehingga sesampainya saya di bandara, setelah check in, saya langsung nongkrong di depan mushola menunggu saat sholat subuh

Selepas sholat subuh saya terkejut sandal Indomaret saya hilang. Saya coba menengok ke tempat wudhu siapa tau ada yang mengira bahwa itu sandal mushalla. Dan setelah saya cek ternyata tidak ada yang memakai sandal saya. Saya kebingungan. Masak sih sandal Indomaret ada yang nyuri. Memang sih sandal itu lebih mending daripada sandal mushalla pada umumnya, tapi juga terlalu gak mbois untuk diincer pencuri sandal. Teman teman saya mulai meledek saya.

“Sandal ORI sih, makanya diambil orang. Hahahaha…”
Sungguh bukanlah seorang sosok teman yang patut ditiru.

Setelah kebingungan beberapa saat teman saya memberi tahu ada bapak bapak yang duduk dekat dengan mushala menggunakan sandal Indomaret yang mirip dengan sandal saya. Teman saya menyuruh saya untuk menannyakannya. Tapi saya agak sedikit ragu. Masak sandal Indomaret se-bandara kayak gitu cuman saya yang punya, mungkin saja itu sandal bapaknya sendiri kan. Akhirnya saya memberanikan diri menanyakannya, daripada naik pesawat nyeker.

“Pak, mohon maaf. Itu sandal dari musholla ya?”
“Iya mas, ooh ini punya masnya toh. Saya kira sandal mushalla. Maaf maaf ini ambil aja”


Kepercayaan diri saya terhadap sandal saya itu seketika musnah mendengar perkataan bapak tersebut. Ternyata sandal jepit yang saya belum ter-upgrade. Sandal jepit saya masih aja sekelas sandal mushalla. :|

Galih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar