Pages

Curhatan Seorang Trainer

Beberapa minggu yang lalu saya sempet kerja selama 2 minggu di jember. Kerjaan ini cukup menarik bagi saya karna mamang baru. Kalau sebelumnya saya sering jadi programmer untuk bikin aplikasi sekarang saya mendapatkan pekerjaan untuk menjadi trainer untuk aplikasi pemerintah kota.

Aplikasinya nggak terlalu luas sih. Sistem informasi manajemen (SIM) puskesmas dan obat. Awalnya dengan gaji yang menggiurkan dan beban kerja yang saya rasa enteng, pekerjaan ini rasanya akan menyenangkan. Hari pertama ketika kami ke puskesmas yang di daerah kota semua baik baik saja.

Tapi semua berubah ketika negara api menyerang

Saat kami beranjak kepuskesmas selanjutnya yang jaraknya agak jauh dari kota. Kami dihadapkan dengan kenyataan pahit tentang pemerintah indonesia. Dengan gengsinya yang cukup tinggi memaksakan yang saat ini menjadi tren, tapi sendirinya belum siap.

Di dalam puskesmas, hanya ada 2 sampai 4 komputer yang digunakan lebih dari 10 user. Dengan koneksi yang super lemot rasanya melakukan entry data saja adalah hal terberat di dunia. Sampe lamanya nunggu kadang kumis saya udah lebat, lumut udah tumbuh di dinding dinding, sarang laba laba tiba tiba muncul dimana mana.

Kalau sudah seperti ini maka biasaya mulai terjadi perbincangan aneh

‘Mas, sudah punya pacar’ kata salah satu bidan disana. ‘Hehe... Enggak bu’ sambil nyengir. ‘Jangan panggil ibulah... saya belum ibu ibu kok’ sambil senyum ganjen. Kalau sudah gini biasanya saya langsung serem, mudur beberapa centimeter kebelakang.

Atau perbincangan aneh lainnya, ‘Masak nggak punya pacar mas, udah keliling keliling puskesmas masak nggak ada bidan muda yang nyangkut’,’ Wah nggak kepikiran bu, training ini aja cepet cepetan biar semuanya dapet’ lagi lagi sambil nyengir. Lalu si ibu bidan tiba tiba menunjuk temen temen di sekitarnya. ‘Ini lho mas masih perawan, kalo ini udah punya suami. Lah yang ini juga masih perawan kok mas....’ Buset, ini niat ngejodohin apa nawarin barang jualan.

Bener bener pengalaman aneh

Usut punya usut  ternyata pemerintah kota jember merogoh kocek cukup dalam untuk pembuatan sistem informasi ini. Katanya sih nominalnya diatas 500 juta. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal mengingat pembuatan SIM menggunakan software gratis atau yang lebih di kenal open source.

Terus untuk apa uang sebanyak itu? Entahlah. Yang jelas menurut saya lebih baik pemerintah membenahi infrastruktur terlebih dahulu seperti membeli komputer yang layak misalnya. Atau mempercepat koneksi di daerah puskesmas. Saya rasa itu langkah awal yang semestinya pemerintah lakukan sebelum mencoba untuk menjadi lebih keren.

Galih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar